Beranda | Artikel
Islam Adalah Agama Yang Allah Ridhai
Jumat, 7 Agustus 2020

Bersama Pemateri :
Ustadz Muhammad Nur Ihsan

Islam Adalah Agama Yang Allah Ridhai adalah bagian dari ceramah agama dan kajian Islam ilmiah yang disampaikan oleh Ustadz Dr. Muhammad Nur Ihsan, M.A. dalam pembahasan Syarah Aqidah Thahawiyah karya Imam Ath-Thahawi Rahimahullah. Kajian ini disampaikan pada Jum’at, 17 Dzulhijjah 1441 H / 07 Agustus 2020 M.

Status Program Kajian Kitab Syarah Aqidah Thahawiyah

Status program Kajian Syarah Aqidah Thahawiyah: AKTIF. Mari simak program kajian ilmiah ini di Radio Rodja 756AM dan Rodja TV setiap Jum`at pagi, pukul 06:00 - 07:30 WIB.

Download kajian sebelumnya: Perintah Untuk Berjamaah dan Larangan Dari Berpecah-Belah

Kajian Tentang Islam Adalah Agama Yang Allah Ridhai

Agama Islam satu-satunya agama yang diridhai oleh Allah Tabaraka wa Ta’ala, agama yang telah disempurnakan oleh Allah Tabaraka wa Ta’ala dalam segala aspek kehidupan, baik dalam masalah aqidah, atau masalah ibadah, muamalah, akhlak dan seluruh perkara yang berkaitan dengan Dinul Islam, semuanya telah sempurna, tidak ada yang baru, tidak boleh dikurangi dan tidak boleh ditambah. Pengurangan merupakan perkara yang dilarang, begitu juga menambah merupakan perkara bid’ah yang tercela.

Agama Islam yang kita cintai ini, agama Islam yang Allah Subhanahu wa Ta’ala memuliakan kita dengan mengenalnya, mengetahuinya, mencintainya dan melaksanakan syariat yang telah Allah turunkan dalam Al-Qur’an dan disampaikan Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam dalam hadits yang shahih, hendaknya senantiasa kita pelajari, kita selalu mendalami hukum-hukum yang terkait dengan agama yang mulia ini, terutama masalah aqidah, keimanan. Perkara aqidah merupakan landasan, perkara keimanan merupakan pondasi, kekeliruan dalam masalah aqidah adalah hal yang sangat berbahaya yang akan menggiring seorang kepada kebinasaan, yang akan menggiring seseorang pada jurang kesesatan.

Oleh karena itu sudah selayaknya kita semua bersungguh-sungguh untuk mengenal aqidah Ahlus Sunnah wal Jamaah, terutama di zaman fitnah pemikiran atau pemahaman sempalan yang menisbatkan kepada Islam, baik masalah aqidah kepada Allah, aqidah kepada Rasul, dalam masalah ibadah, atau masalah hal-hal yang lain yang berkaitan dengan agama Islam.

Di zaman sekarang ini orang-orang yang menyimpang dari tuntunan Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam mengerahkan seluruh potensi mereka untuk menyebarkan kebatilan, menebarkan pemahaman yang sesat, mempertahankan tradisi dari budaya mereka, dan mereka juga menyebarkan berbagai tuduhan keji dan juga kedustaan yang dikemas dengan kemasan yang mungkin ilmiah dalam pandangan sebagian atau dengan istilah-istilah yang menipu. Semua hal itu dilakukan untuk membendung penyebaran kebaikan, membendung menyebarnya ilmu yang shahih, sunnah Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, membendung manusia dari tauhid, membendung manusia dari sunnah, membendung manusia dari ajaran Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam.

Hal ini adalah sunnatullah, suatu ketetapan yang pasti terjadi. Karena perseteruan antara al-haq yang tegak di atas kebenaran Al-Qur’an dan sunnah, yang tegak di atas wahyu dan antara kebatilan yang dibangun di atas pemikiran, akal semata, logika yang nyeleneh dan juga perasaan, tradisi, budaya, hawa nafsu, semua hal itu dijadikan sebagai landasan oleh orang-orang yang menyimpang dari tuntunan Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam. Tentunya dengan membajak istilah-istilah agama untuk melancarkan, untuk menyebarkan, untuk menyesatkan, untuk menanamkan keraguan pada diri orang-orang yang jahil tentang agama.

Oleh karena itu tiada bekal, tiada senjata yang paling ampuh, senjata yang bermanfaat untuk membentengi diri kita dalam menghadapi gelombang pemikiran dan fitnah syubhat selain dari ilmu dan berdoa kepada Allah. Ilmu yang shahih, ilmu yang benar, ilmu yang berlandaskan Al-Qur’an, ilmu yang berlandaskan hadits Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam. Kemudian doa yang selalu kita panjatkan kepada Allah Tabaraka wa Ta’ala, doa di waktu sujud kita, di waktu kita qiyamul lail, di waktu doa istiftah, kita memohon kepada Allah:

يَا مُقَلِّبَ الْقُلُوبِ ثَبِّتْ قَلْبِي عَلَى دِينِكَ

“Wahai Dzat yang membolak-balikkan hati teguhkanlah hatiku di atas agama-Mu” (HR. Tirmidzi)

Juga doa memohon hidayah kepada shirathal mustaqim:

اللَّهمَّ ربَّ جبريلَ وميكائيلَ وإسرافيلَ فاطرَ السَّمواتِ والأرضِ عالِمَ الغيبِ والشَّهادةِ أنتَ تحكُمُ بينَ عبادِكَ فيما كانوا فيهِ يختلِفونَ اهدِني لما اختُلِفَ فيهِ منَ الحقِّ بإذنِكَ إنَّكَ تهدي من تشاءُ إلى صِراطٍ مستقيمٍ

Dan doa-doa lain yang harus kita panjatkan kepada Allah, kita renungi makna bacaan dalam surat Al-Fatihah:

اهْدِنَا الصِّرَاطَ الْمُسْتَقِيمَ ﴿٦﴾

Kemudian kita ikuti jalan-jalan yang menuju kepada hidayah tersebut dan sebab-sebab yang akan mengokohkan aqidah, pendirian dan pemahaman kita diatas jalan yang benar. Berarti ilmu harus kita pelajari.

Jangan kita bersedih tatkala yang mengikuti kebenaran itu hanya segelintir dari umat manusia. Jangan kita merasa terhina dengan mayoritas yang menyelisihi kita. Sesungguhnya Ahlul Haq didalam sejarah kehidupan dan peradaban manusia dari dahulu sampai detik ini adalah yang minoritas. Dan kebenaran itu tidak diukur dengan mayoritas.

Berpegang teguhlah kepada al-haq, kepada aqidah yang benar. Jangan dengarkan syubhat-syubhat atau pemikiran-pemikiran yang menyimpang dari Al-Qur’an dan hadits Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, baik dalam masalah tauhid, tentang nama-nama dan sifat-sifat Allah Tabaraka wa Ta’ala atau pemikiran-pemikiran yang lain yang bertentangan dengan Al-Qur’an, siapapun yang mengatakannya, siapapun yang mengutarakannya, bila perkataannya bertentangan dengan Qalallah wa Qala Rasul, maka tidak ada nilainya. Dibuang saja ke sampah karena itu adalah sampah pemikiran, tidak perlu digubrisi, tidak perlu dikomentari. Kebatilan kalau dikomentari berarti merupakan promosi gratis terhadap kebatilan itu.

Oleh karena itu syubhat-syubhat itu dikritisi oleh orang-orang yang berilmu, adapun orang-orang yang awam jangan ikut menyebarkan kebatilan itu, jangan ikut men-share kesana-sini, jangan mengomentari dengan komentar-komentar yang tidak bermanfaat. Semua hal itu dihindari.

Kita hidup di zaman media sosial yang dengan mudah penyebaran informasi sehingga menjadi viral. Bahkan kita yang mem-viralkan sebagian kebatilan itu. Padahal kebatilan itu bila didiamkan dan tidak digubrisi, dia akan lenyap dan binasa dengan sendirinya. Ini harus kita pahami agar kita tidak terjerumus ke dalam promosi gratis terhadap kebatilan itu.

Islam Adalah Agama Yang Allah Ridhai

Al-Imam Abu Ja’far Ath-Thahawi Rahimahullah menjelaskan bahwa agama yang direstui, yang diridhai, yang diterima oleh Allah adalah Islam. Islam secara umum yaitu pasrah dan berserah diri kepada Allah dengan mentauhidkan Allah, mengikhlaskan seluruh ibadah kepada Allah. Itulah agama seluruh para Nabi, mengajak kepada tauhid, berserah diri kepada Allah dengan mentauhidkan Allah, dengan beribadah kepada Allah.

Hamba Allah, maka dia pasrah berserah diri kepada Allah. Jika datang perintah Allah, maka dia laksanakan. Jika datang larangan Allah, maka dia tinggalkan, dia serahkan dirinya kepada Allah, bergantung kepada Allah, tawakkal kepada Allah, berserah diri kepada Allah, berharap kepada Allah, takut kepada Allah, inilah agama Islam yang dibangun diatas tauhid.

Kemudian secara khusus, Islam adalah agama yang landasannya Al-Qur’anul Karim yang dibawa oleh Rasul Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam yang diutus kepada umat manusia.

وَمَا أَرْسَلْنَاكَ إِلَّا رَحْمَةً لِّلْعَالَمِينَ ﴿١٠٧﴾

Dan tiadalah Kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam.” (QS. Al-Anbiya[21]: 107)

Sehingga apapun agama dan pemahaman pemikiran setelah datangnya Rasul Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam dengan membawa wahyu, jika hal itu bertentangan dengan wahyu yang disampaikan Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, maka semua hal itu ditolak oleh Allah Tabaraka wa Ta’ala. Karena Allah Subhanahu wa Ta’ala menjelaskan:

وَمَن يَبْتَغِ غَيْرَ الْإِسْلَامِ دِينًا فَلَن يُقْبَلَ مِنْهُ وَهُوَ فِي الْآخِرَةِ مِنَ الْخَاسِرِينَ ﴿٨٥﴾

Barangsiapa mencari agama selain agama Islam, maka Allah tidak menerima hal itu darinya, dan dia di akhirat menjadi orang-orang yang merugi.” (QS. Ali-Imran[3]: 85)

Bagaimana penjelasan lengkapnya? Mari download dan simak mp3 kajiannya.

Download MP3 Kajiannya

Untuk mp3 kajian yang lain: silahkan kunjungi mp3.radiorodja.com


Artikel asli: https://www.radiorodja.com/48836-islam-adalah-agama-yang-allah-ridhai/